By Admin Pariwisata
Makam Sunan Kuning (Soen An Ing) merupakan salah satu obyek wisata religi yang sampai saat ini sering dikunjungi oleh peziarah dari berbagai macam daerah. Konon, Sunan kuning merupakan tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh, terutama dalam hal menyebarkan agama Islam di Semarang. Lokasi makam ini berada di Jalan Taman Sri Kuncoro III No.28, Kalibanteng Kulon, Kec. Semarang Barat, Kota Semarang.
Awal ditemukannya makam Sunan Kuning berawal dari Mbah Saibin, salah satu masyarakat Kudus yang berpengaruh di Kota Semarang di tahun 1963. Ketika itu, dirinya mempunyai 5 ekor kerbau yang selalu ditinggalkannya untuk mencari makan sendiri di hutan belantara.
Namun tidak seperti biasanya, kelima kerbau itu yang selalu pulang ke rumah Mbah Saibin tidak kembali. Sembari menunggu ternaknya kembali, dirinya bersemedi dan menetap di Kota Semarang selama beberapa waktu.
Suatu hari, ia mendapati sebuah mimpi ada seseorang pria naik kereta kencana dan berkata kalau kerbau miliknya sudah aman, dengan ditempatkan di samping pohon rumahnya. Sontak, Mbah Saibin terbangun lalu menengok ke samping rumahnya, dan benar bahwa kelima kerbaunya aman dengan selamat.
Sebelumnya, dirinya mempunyai banyak santri yang diajarkannya agama Islam. Lalu, ia menyuruh para santrinya untuk bersih-bersih di sekitar rumah tinggalnya. Kemudian secara tidak disengaja, salah satu santrinya menemukan 6 batu nisan yang terlihat lama berada di sana.
Malam harinya, Mbah Saibin bermimpi lagi seseorang yang menggunakan kereta kencana. Orang itu meminta kepadanya untuk memberikan makam tersebut nama, yakni Soen An Ing atau Sunan Kuning.
Pengurus Yayasan Soen An Ing Jumadi menjelaskan, Amangkurat V atau Sunan Kuning lahir pada tahun 1726. Dia merupakan putra bungsu dari Pangeran Tepasana, atau cucu dari Amangkurat III. Menurutnya, Sunan Kuning merupakan tokoh masyarakat yang memiliki pengikut yang mayoritasnya berasal dari etnis Tionghoa.
“Sunan Kuning disebut memiliki banyak pengikut yang rata-rata etnis China. Karena saat itu, dirinya merupakan salah satu tokoh yang berperan penting dalam peristiwa Geger Pacinan,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng di Makam Sunan Kuning, Minggu (16/4).
Terdapat kegiatan rutin yang dilakukan di malam Sunan Kuning, setiap tanggal 20 Rajab, diadakan haul tahunan untuk memperingati wafatnya Sunan Kuning. Selain itu, ada kegiatan yang dilakukan setiap malam Jumat, yakni pengajian tahlil.
Makam Sunan Kuning memiliki dua tempat makam yang diprioritaskan untuk berziarah. Di antaranya ada makam utama yang terdiri dari makam kanjeng Sunan Kuning, Sunan Kalijaga, dan Sunan Ambarawa. “Lalu ada makam yang diisi oleh makamnya pengikut atau pengawalnya Sunan Kuning. Di antaranya ada Mbah Jabat, Mbah Jimat, dan Majapahit,” ungkapnya.
Sebelum memasuki makam Sunan Kuning, ada tradisi yang wajib dilakukan oleh setiap peziarah, seperti wudu, lalu setelah itu berdoa ke makam pengawalnya. Terakhir, baru ziarah ke makam kanjeng Sunan Kuning.
Sumber informasi : joglojateng.com