Tradisi Ketuk pintu yang dilakukan pada hari Sabtu (3/2) di Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, menjadi acara perdana dalam menandai akan digelarnya Pasar Imlek Semawis (PIS), di Kawasan Pecinan Semarang. Kebiasaan unik ini merupakan tradisi nguri-uri budaya Tionghoa kuno, dengan tujuan untuk meminta izin atau restu dari warga Pecinan untuk mengadakan kegiatan besar di sana.
Acara menyambut Tahun Baru Imlek itu terlihat syarat akan akulturasi budaya. Diawali dengan doa bersama secara Islam dan tumpengan ala masyarakat Jawa. Meski dalam rangka menyambut tahun baru China, rangkaian tradisi ketuk pintu menggunakan cara Jawa dan didoakan oleh pemuka agama Islam.
"Meski kita orang Tionghoa tinggal di Pecinan, tapi ini di Indonesia. Doa restu tidak hanya di dewa-dewa Klenteng, ada slametan juga secara Jawa dan Islam juga dilakukan. Ini sebagai bentuk hormat kepada penjaga tanah jawa," ungkapnya.
Acara menyambut Tahun Baru Imlek itu dilanjutkan dengan sembahyangan bagi penganut Tridharma, menunjukkan kebersamaan dalam kebhinekaan. Kemudian, dengan diiringi barongsai, rombongan tamu undangan berkeliling ke klenteng-klenteng untuk membagikan tebu dan terong susu. Terong susu yang berwarna kuning dan berbentuk seperti susu sapi diharapkan dapat membuat rejeki bisa selalu tersisa dan tidak kekurangan.
"Kita keliling klenteng bagi tebu dan terong susu. Maknanya tebu antep ing kalbu. Dan juga beranak pinak rasanya manis tumbuh subur berkembang, jadi tahun ini diharapkan juga sama dan manis, tahun pertumbuhan untuk kita," imbuhnya.