By Super Admin
Di tengah derai hujan yang mengguyur “Kota Atlas”, ritual Dugderan untuk memapak ramadan, berjalan khidmat, pada Sabtu, 9 Maret 2024. Tradisi dugderan ini tetap lestari di tengah gempuran teknologi. Kemeriahan masyarakat begitu jelas terlihat saat mereka berkumpul untuk menyambut kirab dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Kauman hingga berakhir di Masjid Agung Jawa Tengah.
Perwakilan tim karnaval dari 16 kecamatan di Kota Semarang turut berbaris di halaman Balai Kota saat upacara berlangsung pukul 13.00 WIB. Mereka terlihat kompak mengenakan baju adat yang berbeda di setiap timnya.
Tak hanya itu, sejumlah sekolah, komunitas, dan perwakilan Tionghoa turut meramaikan rangkaian pawai Dugderan ini.
Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu memimpin upacara dan langsung menabuh bedug sebagai penanda puncak Dugderan 2024 bersama pejabat Forkopimda lainnya.
"Tentunya ini salah satu rangkaian nguri-nguri budaya di dalam kegiatan menjelang ramadan, mungkin hanya di Kota Semarang aja yang ada prosesi seperti ini. Kita harap hari ini bisa lancar dan melalui semua proses dari Balai Kota ke Masjid Agung Semarang, kemudian ke Masjid Agung Jawa Tengah" jelas Wali Kota yang akrab disapa Ita.
Menurutnya, arak-arakan pada Dugderan kali ini cukup berbeda karena adanya keterlibatan komunitas Tionghoa. Nantinya mereka juga bakal membagikan kue keranjang.
"Yang berbeda ini ada tambahan dari paguyuban Tionghoa, hari ini juga ada pembagian kue keranjang yang ada di Masjid Agung Semarang di alun-alun karena memang berdekatan imlek," “Hal ini merupakan bagian dari akulturasi budaya antara Jawa, Arab, Cina, dan Melayu yang hidup berdampingan di Semarang” lanjut Walikota Semarang tersebut.
Usai penabuhan bedug, pawai pun dimulai. Tim karnaval dari perwakilan setiap kecamatan berbaris di Jalan Pemuda, Kota Semarang. Arak-arakan dipimpin oleh Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Wing Wiyarso dengan menunggangi kuda. Kemudian di belakangnya diikuti Mbak Ita dengan menaiki kereta kencana yang juga ditarik seekor kuda. Lalu jajaran pejabat lainnya turut menyusul dalam barisan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan bahwa prosesi Dugderan digelar rutin setiap tahun.
Menurutnya, ini kedua kalinya Dugderan yang dilakukan setelah revitalisasi Alun-Alun Kauman. "Acara pertama ada penyerahan suhuf halaqah. Dari Balai Kota, rombongan Ibu Wali Kota yang memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purboningrum, nama lain kami izin kepada Keraton Surakarta karena Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat adalah putra. Ini dilakukan karena pimpinan kami putri, maka kami minta arahan kemudian diberikan nama tersebut," jelasnya.
Di barisan terdepan, terlihat maskot ikon Kota Semarang yang dikenal sebagai "Warak Ngendog" hewan imajiner yang mewakili tiga etnis yakni gabungan dari naga, buraq, kambing. Ribuan warga memadati trotoar Jalan Pahlawan untuk menyaksikan karnaval itu. Mereka tampak berteduh di bawah payung sambil mengabadikan momentum tahunan itu dengan ponselnya masing-masing.